Ceritanya dimulai kurang lebih 10 bulan yang lalu, sekitar bulan September 2014, aku mulai merasakan sering sakit di bagian ulu hati dan sempat masuk IGD 2 kali karena gak tahan sakitnya. Gejalanya timbul kalau habis makan pedas atau bersantan dan sakitnya terjadi selalu malam hari. Sempat konsultasi ke dokter juga dan dokter suspect maag. Dapat obat maag pariet, mucosta dan strocain. Total nebus obatnya hampir sejuta…hiks.. Walaupun diganti kantor suami, ga rela juga nebus obat segitu.
Trus dapat info dari teman dan dari hasil googling juga bahwa untuk penyakit maag bisa diterapi dengan minum air perasan jeruk nipis atau lemon. Jadi cara minumnya adalah setiap bangun pagi, campur air hangat dengan air perasan jeruk nipis/lemon secukupnya lalu minum seteguk demi seteguk, biarkan bercampur dengan ludah baru ditelan.
Awalnya tersiksa banget disuruh minum jeruk nipis, karena aku pada dasarnya gak suka masam. Kalau makan soto, yang namanya jeruk nipis pasti selalu aku hindari. Tapi mau gak mau dipaksain juga karena gak enak banget yang namanya sakit maag.. makan pedas sakit, makan santan sakit, makan mie sakit, makan roti sakit, minum teh juga sakit. Akhirnya dibela-belain tiap pagi bangun tidur minum perasan jeruk nipis. Sebenarnya ramuan ini bisa diminum 3 kali sehari, tapi berhubung gak sukanya itu aku cuma minum pagi hari. Sebulan minum udah berasa agak enakan maagnya, rasa sebah (gas) di perut sudah mulai berkurang. Setelah 3 bulan sakitnya sudah hilang, bisa mulai makan macem-macem lagi..hehe.. Minum perasan jeruk nipisnya aku stop.
Nah sekitar Maret 2015 mulai berasa sakit lagi maagnya…huhuhu.. akhirnya mulai terapi lagi pakai jeruk lemon. Iya, yang pertama aku pakai jeruk nipis sekarang coba pakai jeruk lemon supaya tidak terlalu masam. Setelah sebulan lebih minum, sakitnya gak berkurang. Aku pikir apa jeruk lemon kurang tokcer ya.. akhirnya aku ganti pakai jeruk nipis. Setelah minum jeruk nipis di pagi hari memang perut jadi terasa enak, makan apa aja gak masalah, tapi menjelang sore hari perut mulai berasa sebah lagi. Biasanya kalau sudah mulai sebah makin malam akan semakin sakit perutnya dan berasa sampai ke punggung daerah tulang belikat. Kalau sudah begini harus dimuntahin dulu isi perutnya trus minum braxidin atau spasmium baru bisa hilang sakitnya (awal-awal minum buscopan plus, lama-lama gak mempan).
Pertengahan bulan Mei sakitnya makin parah, hampir tiap malam sakit. Akhirnya aku googling lagi berdasarkan gejala-gejalanya dan mulai curiga akan adanya batu empedu. Tapi berhubung anak-anak lagi UAS, ditahan-tahanlah ke dokternya. Makan apapun udah ga enak, pernah coba makan bubur seharian tetap aja sakit.
Setelah anak-anak selesai UAS, langsung malamnya ke dokter internist di RS Yadika. Aku ceritain gejala-gejalanya dan oleh dokter dapat pengantar untuk USG Abdomen dan dikasih obat untuk maagnya. Waktu aku tanya obatnya apa aja, si dokter bilang tanya aja nanti sama apotiknya. Bah, nyebelin banget ni dokter, ga bakalan aku balik lagi ke dia.. >,<
Aku USG di Premier Jatinegara. Oya, untuk USG Abdomen diharuskan puasa dulu selama 6 jam. Dari hasil USG tampaklah ada batu di kandung empedu. Besarnya lumayan, udah 36 mm. Waduh… langsung panik dot com.. Sampai di rumah, cari-cari info di google. Dari hasil googling, banyak cerita mengenai mengeluarkan batu empedu tanpa operasi. Caranya yaitu dengan terapi menggunakan apel, garam inggris dan minyak zaitun (yang mau tau lebih lanjut terapi ini, silakan googling sendiri). Nah, hoax tidaknya terapi ini terus terang aku ga tau.
Yang jelas dari hasil browsing, aku dapat beberapa info mengenai penyakit ini :
1. Yang beresiko terkena penyakit batu empedu adalah 4f : female, forty, fat and fertile.
2. Rasa sakitnya timbul pada malam hari. Sebabnya kenapa ga tau, tapi kalau kata dokter berkaitan dengan posisi ketika kita tidur dimana posisi kandung empedu dan saluran empedu menjadi sejajar sehingga batu empedu akan bergeser dari kandung empedu ke dalam saluran empedu. Akibatnya saluran empedu menjadi tersumbat sehingga timbul nyeri.
3. Kalau batunya kecil bisa dikeluarkan dengan pengobatan non operatif yaitu obat paten Urdafalk, tapi hasilnya juga lama bisa berbulan-bulan. Nah, kalau yang batunya sudah lebih dari 2cm sebaiknya dilakukan operasi pengangkatan kandung empedu.
Oiya, yang namanya operasi batu empedu beda yah dengan batu ginjal. Kalau batu ginjal bisa dilaser batunya, tapi kalau namanya operasi batu empedu, walaupun batunya kecil, kandung empedunya tetap harus diangkat.
Trus bagaimana? Apa kalau kandung empedunya sudah diangkat maka persoalan penyakit batu empedu sudah selesai? Ternyata tidak!
1. Operasi atau tanpa operasi, batu empedu tetap dapat terbentuk kembali…. arrggghhh… Batu empedu bisa terbentuk lagi di saluran empedu.
2. Akibat diangkatnya kandung empedu, cairan empedu yang dihasilkan hati tidak bisa ditampung dan dipekatkan lagi di kandung empedu, maka cairan tersebut akan langsung masuk ke usus duabelas jari sehingga bila kita makan makanan yang mengandung lemak perut akan terasa kembung, tidak nyaman dan bisa terjadi diare. Jadi harus makan rendah lemak sehabis kandung empedunya diangkat. (Kalau kata dokterku, bukan pantang lemak tapi kurangi lemak, masak ga boleh makan enak… hihi.. bisa aja ni dokter).
Ada Oomku yang bilang, walaupun kandung empedunya sudah diangkat dia sempat beberapa kali masuk IGD karena sakitnya timbul lagi. Tapi Tanteku yang lain, yang kandung empedunya sudah diangkat juga, baik-baik aja tuh… ga ada masalah. Makan apa aja juga dihajar… Haiyaaa.. pusing euy.. Makin banyak browsing, makin banyak nanya-nanya, makin bingung.. T_T
Akhirnya dengan pertimbangan karena batunya sudah besar, sakit yang udah ga ketahan lagi, dan hasil konsultasi dengan internist di Hermina Jatinegara (iya, ganti dokter yang lebih komunikatif..hehe..), sampailah pada keputusan untuk mengangkat kandung empedu. Kemudian aku dirujuk ke dokter bedah digestive untuk dijelaskan mengenai prosedur operasinya.
Singkat cerita, aku pilih prosedur laparaskopi dan di operasi tanggal 18 Juni 2015 di Hermina Jatinegara. Jadwal operasinya adalah jam 10 pagi, tapi ternyata jam 10.30 aku baru masuk ke ruang operasi. Di dalam ruang operasi ternyata suster yang akan bantu jalannya operasi belum siap masih bantu operasi lain, padahal dokter bedahnya udah nongkrong di situ. Akhirnya selama 1 jam aku nunggu sambil tidur terlentang di meja operasi… asli bete banget. Mana TV di ruang operasi ceritanya gosip mulu. Akhirnya jam 12.25 dokter anestesinya datang, memperkenalkan diri ke aku trus udah deh ga tau apa-apa lagi. Bangun-bangun udah ada di ruang pemulihan.
Operasinya sendiri berjalan 2,5 jam. Setelah selesai operasi, suamiku dipanggil sama dokternya dan dikasih lihat kandung empedu yang telah dipotong dari salurannya. Suamiku disuruh rekam pakai video sewaktu kandung empeduku dibelek dan terlihat batu empedunya. Gede banget batunya…hehe… sebesar buah kurma. Kemudian batunya dimasukkan ke dalam pot kecil dan diberikan ke suami, sedangkan kandung empedunya dibawa ke patologi untuk dilihat ada tidaknya sel-sel abnormal. Hari Kamis siang dioperasi, Minggu siang aku pulang ke rumah.
Batu empedu yang telah diangkat. Gede yaah… :p
Bekas luka operasi laparaskopi. Foto ini diambil 10 hari pasca operasi. Ada 3 luka, di ulu hati, di perut sebelah kanan dan di pusar (tidak nampak di foto). Yang di ulu hari lebarnya kurleb 2,5cm. Agak lebar karena untuk jalan mengeluarkan batu empedu yang sudah besar.
Dokter bilang ga ada pantangan makan, hanya dikurangi makanan yang berlemak. 10 hari setelah operasi aku masih diare ringan. Habis makan, biasanya ga berapa lama pingin pup dan keluarnya juga cair. Tapi setelah lewat hari ke-10 sudah normal lagi pup-nya. 3 minggu setelah operasi jalan-jalan ke Batu, Malang. Puji Tuhan bisa makan enak di sana… hahaha..
Sampai hari ini sakit di ulu hati dan di punggung tidak terasa lagi… mudah-mudahan untuk seterusnya (AMIN). Kadang suka berasa ga enak sih, tapi gak sampai sakit juga. Entah karena beneran gak enak atau karena paranoid. Doakan yaaa… semoga aku sehat terus :)
PS : Bagi yang mau tau kisaran biaya operasinya, aku ambil kelas 1 di Hermina untuk operasi laparoskopi habis sekitar 34 juta (sudah termasuk alat yang dibawa oleh dokternya sendiri yaitu sebesar 5 juta).