Archives

Batu Lagii…

Liburan sekolah udah 3 minggu, tapi belum ada tanda-tanda mau pergi liburan..huhuhu… Akhirnya pake acara ngambek-ngambek dikit (ssstt.. hihi..), mbujuk si papa biar ambil cuti. Tadinya pingin ke Bali, tapi berhubung Gunung Raung lagi erupsi, takut juga kalau nanti pesawatnya malah dicancel. Jadinya pilih tempat lain yaitu Batu – Malang. Langsung deh pesan tiket pesawat dan hotel dadakan :D

Kami berangkat hari Kamis subuh naik taksi ke Halim PK. Enak lho airport di sini.. bersih, ga crowded seperti Cengkareng. Dekat rumah pula, jadi taksinya ga mahal. Sampai di Bandara Abdul Rachman Saleh, Malang jam 7 pagi. Turun dari pesawat disambut dengan udara pagi Malang yang dingin… bbrr..
Di bandara Malang ini, di bagian kedatangan, kurang bagus tempatnya. Toiletpun juga cuma 2 (1 pria, 1 wanita), alhasil yang ngantri toilet banyak banget. Duh, antara kebelet pipis sama harus nungguin koper keluar :(

Dari bandara, kami langsung menuju ke Pondok Jatim Park di Batu naik taksi resmi bandara. Tarifnya 155rb. Sampai di hotel, berhubung belum bisa check-in, nitip koper aja dulu dan kami langsung capcus menuju Jatim Park 1 (JTP1). JTP1 letaknya hanya kurleb 200 meter dari Pondok Jatim Park. Sengaja aku pilih menginap di Pondok Jatim Park, karena kalau menginap di sini bisa naik shuttle bus yang disediakan oleh pihak Jatim Park secara gratis. Kita bisa diantar ke JTP2, Batu Night Spectacular dan Museum Angkut. Sedangkan kalau naik taksi di Batu, harus keluar duit 30 ribu (minimal charge) padahal jaraknya dekat. Oya, daerah Jatim Park ini ga ada angkot, jadi harus naik taksi atau shuttle bus yang disediakan. Jalan kaki bisa, jaraknya paling 1-2km antara JTP1, JTP2 dan BNS, tapi jalannya naik turun.. lumayang bikin keringetan, apalagi bawa anak-anak.

Anyway, ini foto kamarnya yang aku ambil setelah check-in.

Triple Room Pondok Jatim Park

Triple Room Pondok Jatim Park

 

Rate Pondok Jatim Park ini cukup murah dibandingkan dengan Pohon Inn yang ada di Jatim Park 2. Apalagi aku booking lewat Traveloka, jadi lebih murah.
Untuk Triple Room di atas, cuma sekitar 300 ribu-an. Lumayan dapat 3 bed, daripada sesak-sesakan pakai queen bed. Kamar mandinya biasa, bukan kamar mandi hotel berbintang. Pelayanan dan sarapannya standar. Hari pertama menu sarapannya nasi dan ayam goreng. Hari kedua soto ayam.
Oya, waktu kami masuk kamar tidak tersedia handuk untuk mandi, tapi ternyata bisa minta ke pihak hotelnya (entah karena lupa atau memang harus minta dulu baru dikasih).

Overall, menginap di Pondok Jatim Park ini cukup memuaskan, apalagi kalau tujuan ke Batu adalah untuk berekreasi sepanjang hari (di hotel cuma numpang tidur). Bila ingin berenang, di JTP1 ada tersedia kolam renang dan JTP2 ada kolam renang untuk anak-anak.

 

Toko Oen – Malang

Kalau ke Malang, jangan lupa mampir ke Toko Oen. Itu kata orang-orang :)
Apa sih Toko Oen itu? Toko Oen adalah toko yang berdiri sejak jaman Belanda, yaitu tahun 1930. Berlokasi di Jl. Jend. Basuki Rahmat, toko ini tetap mempertahankan bentuk bangunan dan interiornya sampai sekarang. Hidangan yang disajikan adalah hidangan ala Belanda, Cina dan Indonesia. Kebetulan suami pernah tinggal di Malang waktu kecil dan sering makan di Toko Oen ini, makanya dia pingin banget makan di sini.

masih terdapat interior jaman dulu, termasuk mesin pemotong rotinya

masih terdapat interior jaman dulu, termasuk mesin pemotong rotinya

Begitu sampai Toko Oen, langsung dong pasang status di bb : @Toko Oen, Malang. Ga berapa lama langsung banyak teman-teman yang bbm : Aneett.. cobain steik lidahnya deh; Mba, aku nitip rotinya dong…; ih, es krimnya enak lho..; dll.
Ternyata beken juga nih Toko Oen. Okelah, mari kita pesan makanan.

Pertama-tama suami nyari makanan yang sering dia makan waktu kecil. Berhubung ga tau nama makanannya, dia jelasin ciri-ciri makanannya ke pelayannya. Pelayannya agak kebingungan, setelah beberapa lama akhirnya dia nyerah ga tau nama menunya dan keluarlah kata-kata sakti ini : “Maaf Pak, sekarang di sini memang menunya sudah banyak berubah.” wkwkwk…
Akhirnya suamiku pesan Steik Lidah dan anak-anak pesan es krim.

Selagi menunggu pesanan datang, Marsha melihat-lihat cake yang dipajang di dalam etalase dan tertarik dengan penampilan dari Chocolate Ganache Cake.  Aku orderin 1 slice untuk dimakan berdua dengan Edward. Ternyata anak-anak pada kecewa berat, karena rasanya tidak sesusai dengan penampilannya. Cakenya kasar, coklatnya juga ga enak.

Sekarang beralih ke es krimnya. Nngg.. kalau dimakan nih.. misalnya rasa coklat, berasa sih coklatnya.. tapi setelah di lidah kok es krimnya ga berasa meninggalkan jejak. Seperti makan es batu yang terbuat dari coklat aja.

Aku nanya ke suami, enak ga steik lidahnya? Engga dia bilang, rasanya agak ketolong karena dikasih saos sambel. Aku cobain juga saos steiknya, hambar. Hahaha… waduh, kenapa selera kami berbeda sama orang-orang lainnya. Kebetulan ibuku sehari sebelumnya juga makan di Toko Oen ini bareng dengan tanteku. Beliau makan Huzarensalade, dan ga enak juga. Ga kaya dulu, katanya.

menu-toko-oen

Belakangan baru dapat bbm dari oomku yang tinggal di Surabaya. Beliau bilang yang punya Toko Oen sekarang sudah beda, jadi rasanya sudah ga enak lagi, tidak seperti dulu… Weleh, telat oom bbm-nya…wkwkwk..
Jadi sebenarnya si mas pelayan itu udah ngomong jujur ke kami yaa..

Ternyata makan di Toko Oen tidak seenak yang dibayangkan. Suami juga kecewa berat. Harga menunya juga mahal-mahal sama seperti harga Jakarta. (Soalnya dari hari pertama menginjakkan kaki di Malang, makanannya murah-murah terus… hihi..)

Bagi yang belum pernah ke Toko Oen, silahkan mencoba sendiri ya. Mungkin saja seleramu berbeda dengan seleraku :)

 

(Update April 2014 : Dapat info dari teman ibuku yang tinggal di Negeri Belanda tapi masih punya saudara di Malang, bahwa Toko Oen yang asli pindah di Hotel Tugu – Alun-alun Bunder).