Hari pertama di Semarang, tujuan kami adalah mengunjungi Pagoda Avalokitesvara Buddhagaya Watugong. Pagoda ini berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan, Watugong, persis di depan Markas Kodam IV Diponegoro. Dari Semarang ambil arah menuju Ungaran atau jalan menuju Solo – Yogya. Kawasan ini dinamakan Watugong karena terdapat batu (watu) yang berbentuk seperti gong. Batu tersebut kemudian dipajang di kompleks vihara ini.
Kompleks Vihara Buddhagaya Watugong yang mempunyai luas 2,25 hektar ini mempunyai 2 bangunan utama, yaitu Pagoda Avalokitesvara dan Vihara Dhammasala. Pagoda ini didirikan untuk menghormati Dewi Kwan Sie Im Po Sat yang merupakan perwujudan Buddha Avalokitesvara atau Buddha Welas Asih. Pagoda Avalokitesvara ini mempunyai tinggi 45 meter, berbentuk oktagonal berukuran 15 x 15 meter. Terdiri dari 7 tingkat yang dimaknakan sebagai tingkatan yang harus dicapai oleh seseorang dalam kehidupan di dunia untuk memperoleh kesucian. Di tingkat kedua hingga keenam, ada patung Dewi Kwan Im yang menghadap ke empat penjuru mata angin. Ini dimaksudkan supaya sang dewi dapat memancarkan welas asih ke semua penjuru. Sedangkan di bagian puncak pagoda terdapat patung Amitabha, yaitu guru besar para dewa dan manusia. Di puncak ini juga terdapat stupa untuk menyimpan relik, yaitu mutiara Buddha.
Di altar utama Pagoda Avalokitesvara terdapat patung Dewi Kwan Im dengan tinggi 5,1 meter. Di depannya terdapat meja persembahan bagi mereka yang akan bersembahyang. Pengunjung dilarang masuk ke ruangan ini, kecuali bagi yang ingin bersembahyang.
Di halaman pagoda terdapat pohon boddhi yang dibawa bhikku Bante Narada Mahathera dari Srilanka. Pada ranting pohon ini terikat pita-pita berwarna merah yang bertuliskan nama serta harapan sebagai ungkapan doa. Di bawah pohon ini juga terdapat patung Buddha dan patung Dewi Kwan Im.
Tidak jauh dari pagoda, terdapat Vihara Dhammasala. Vihara ini merupakan vihara pertama di Indonesia setelah keruntuhan kerajaan Majapahit. Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama adalah aula serbaguna yang mempunyai panggung di bagian depan, sedangkan di lantai kedua terdapat ruang Dhammasala yang digunakan untuk acara ibadah umat Buddha. Vihara ini tidak terbuka untuk umum, hanya yang ingin bersembahyang saja yang boleh masuk.
Selain pagoda dan vihara, di kompleks vihara ini terdapat juga bangungan-bangunan lain. Ada bangunan yang digunakan sebagai tempat kegiatan belajar bagi masyarakat setempat dan taman membaca. Bahkan, taman ini terbuka dipakai untuk semua agama, tanpa terkecuali. Ada pula bangungan yang digunakan sebagai penginapan. Tapi penginapan ini ditujukan sebagai penunjang ketika ada acara keagamaan dan mengharuskan orang-orang yang berkepentingan selalu ada di sekitar vihara.
Vihara ini dibuka mulai pukul 07.00 – 21.00 WIB. Tidak ada HTM, pengunjung hanya membayar parkir serelanya. Karena tempat ini merupakan tempat yang disucikan oleh umat Buddha, maka selayaknyalah bila pengunjung berpakaian sopan dan menjaga tata krama pada saat berkunjung ke sini.