Liburan akhir tahun kali ini adalah ke Bandung lagiii. Sebenarnya bingung juga kalau ke Bandung mau ngapain. Mau kuliner, anak-anak makannya pada picky. Mau jalan-jalan juga ga tau kemana. Akhirnya mentok-mentok Lembang lagi, Lembang lagi.. hihi..
Rencananya mau lihat ke tempat-tempat yang lagi happening di Lembang, seperti Farmhouse Susu, Dusun Bambu, Lawang Wangi, dsb. Tapi ternyata, waakkss… Lembang penuh padat. Mulai dari jalan Sukajadi sudah mulai merayap. Sampai di Farmhouse Susu jam 10 kurang tapi parkiran di dalam sudah penuh, banyak mobil yang kemudian parkir di luar sepanjang jalan dan bikin macet tambah parah. Akhirnya batal deh ke sana. Duuh, males banget kalau banyak orang gitu di dalam, ga bisa eksis foto-foto juga :D
Ke arah Dusun Bambu juga macet. Liat dari GPS jalanan udah pada merah semua.. huhu.. Akhirnya si papa ngajak ke Tangkuban Perahu. Yo wes, hayuk aja. anak-anak juga belum pernah liat kawah, sekalian biar mereka pada tahu. Eh tapi si Edward malah jadi lebay banget. “Ngapain sih ma ke kawah gunung? Ntar kalau gunungnya meletus gimana?” Haiyah, ni anak penakut amat :D
Selepas pasar Lembang, perjalanan menuju Tangkuban Perahu boleh dibilang sepi. Sepertinya orang-orang lebih memilih wisata kekinian daripada mengunjungi kenampakan alam. Jadi ingat enam tahun yang lalu, waktu anak-anak masih piyik, kami pergi ke Ciater. Berhubung di tengah jalan si kakak kebelet pipis, akhirnya kami berhenti di pinggir jalan, menghadap sawah yang luas dan Marshapun pipis di sana… hahaha…
Sampai di gerbang Tangkuban Perahu masuk, bayar tiket dulu. Rp. 20.000,-/orang dan Rp. 25.000,-/mobil. Dari gerbang, tempat yang kami tuju adalah Kawah Ratu. Jalan menuju ke Kawah Ratu menanjak dan berliku-liku, dengan pepohonan di kanan kirinya. Tambah takutlah Edward. “Oh, my God.. Mom, it’s so scary!” *duh, ni anak*.
Kawah Ratu adalah kawah yang terbesar dan mudah diakses oleh kendaraan. Tersedia banyak parkiran untuk kendaraan pribadi di area Kawah Ratu, sedangkan untuk bis ada parkiran khusus sebelum sampai ke Kawah Ratu. Dari parkiran bis, bisa naik mobil ELF untuk mencapai Kawah Ratu, tapi aku ga tau harus bayar lagi apa engga. Selain Kawah Ratu, masih ada 9 kawah lainnya yang terdapat pada Gunung Tangkuban Perahu ini, yaitu Kawah Domas, Kawah Upas, Kawah Baru, Kawah Lanang, Kawah Ecoma, Kawah Jurig, Kawah Siluman, Kawah Pangguyangan Badak dan Kawah Jarian. Di Kawah Domas, kita bisa merendam kaki dalam sumber air panas dan bahkan merebus telur di dalam kawahnya. Untuk mencapai Kawah Domas pengunjung harus berjalan kaki. Selain Kawah Domas, kawah lain yang sering dikunjungi pengunjung adalah Kawah Upas. Kawah Upas terletak di sebelah Kawah Ratu. Jalan menuju ke Kawah Upas terjal dan banyak bebatuan serta pasir. Pemandangan di Kawah Upas sangat bagus, katanya. Kami hanya melihat Kawah Ratu saja, karena perjalanan menuju kawah lainnya cukup sulit apabila dilakukan bersama anak-anak. Boro-boro bawa anak-anak, bawa kaki sendiri aja udah susah.. haha.. maklum kaki nenek-nenek.
Di Kawah Ratu, yang paling ingin aku cium adalah bau belerang. Tapi ternyata, belerangnya sudah tidak bau seperti dulu waktu aku kecil. Terakhir ke sini barangkali sudah hampir 30 tahun yang lalu.. wkwkwk.. Dulu itu, inget banget tanteku hampir pingsan karena ga kuat cium bau belerangnya. Sekarang mah ga ada apa-apanya. Anak-anak cuma nanya, “Mah, ini bau apaan ya?” Tapi udah gitu mereka santai aja, gak terganggu sama bau belerangnya, karena memang baunya tidak menyengat lagi.
Mau bawa suvenir dari Tangkuban Perahu? Tenang, di sini banyak banget toko suvenir maupun orang-orang yang berkeliling menawarkan suvenir, mulai dari kaos, tas, topi sampai angklung juga ada. Tapi yang paling menarik adalah topi dengan penutup telinga berupa kepala binatang yang lucu-lucu. Si papa disuruh beli satu buat bawa ke Jerman gak mau… haha..
Setelah puas melihat-lihat, foto sana-sini, kamipun melanjutkan perjalanan. Tujuan selanjutnya adalah wisata air panas alam Sari Ater.