Udah lama banget ga ke Surabaya. Terakhir ke sana waktu kawinannya sepupu tahun 2013, itupun cuma seputaran hotel dan gedung pestanya aja. Makanya pas denger tante-tante sama kakakku mau ke Surabaya, langsung deh pingin ikut juga. Cuma ya itu, si papa ga bisa cuti dan anak-anak juga maju mundur antara mau ikut apa engga. Akhirnya setelah mepet waktunya baru deh si kakak bilang mau ikut, sedangkan si dedek milih di rumah karena ga mau bolos sekolah. Hhmm…
Berhubung mepet, jadinya ga bisa segerbong dengan tante2 dan kakakku yang sudah pesan tiket kereta api jauh-jauh hari. Bahkan untuk gerbong kelas eksekutif sudah tidak tersedia kursi yang bersebelahan untuk aku dan kakak. Terpaksa milih gerbong priority yang kebetulan banget tinggal tersisa 2 kursi, bersebelahan pula. Ah, emang dasar rejekinya si kakak :D
Kereta api yang aku naiki adalah Sembrani. Berangkat dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Pasar Turi, Surabaya. Terakhir naik kereta ke Surabaya, udah ga inget lagi. Entah pernah apa engga..haha. Tapi kalau naik bis malam ke Surabaya, inget banget. Ngeri-ngeri sedap. Apalagi kalau pas dapat supir yang doyan banget mepet-mepet sama mobil depannya, bikin sport jantung. Kalau sekarang disuruh naik bis malam, mikir-mikir deh. Walaupun penasaran juga sama bis malam double decker. Hehe..
Tibalah hari H untuk naik kereta. Berhubung belakangan ini kalau naik kereta paling Commuter Line doang, jadi terpaksa belajar dulu lewat youtube cara check-in nya. Ternyata untuk masuk ke peron harus menunjukkan identitas sesuai yang tertera pada tiket. Karena aku pesan tiketnya lewat Traveloka, yang mana data-dataku sudah tersimpan disana dan waktu booking buru-buru karena takut tidak kedapatan kursi, jadinya identitas yang tercetak di tiket adalah nomor paspor. Terpaksa deh bawa-bawa paspor buat dicocokan identitasnya dengan yang tertera di tiket. Sampai si kakak nanya, “Emang kalau ke Surabaya perlu paspor, ma?” Hihi..
Setelah keretanya datang, aku dan kakak masuk ke gerbong. 1 gerbong Sembrani Priority hanya terdiri dari 8 baris kursi, jadi jarak antara kursi dengan kursi lainnya cukup lebar. Sekilas kursinya mirip kursi pesawat. Di setiap kursi tersedia LCD TV layar sentuh untuk menonton film atau mendengarkan musik. Namun headsetnya tidak disediakan, jadi sebaiknya bawa sendiri dari rumah. Tersedia juga stop kontak untuk mengecas hp.
Paling depan terdapat TV layar lebar yang memutar beraneka film non-stop dari Jakarta sampai Surabaya. Sesaat setelah kereta jalan, ada kata sambutan dari Pramugara dan Pramugari kereta api. Tidak lama kemudian makanan pun dibagikan.
Yang paling aku suka adalah toiletnya yang bersih. Di dalamnya terdapat kloset, wastafel dengan kaca besar dan pengering tangan. Tersedia juga Disposable Toilet Seat Cover Paper. Cleaning servicenya juga stand by untuk membersihkan toilet sehabis digunakan. Sayang, sewaktu pagi hari aku mau menggunakan toilet, ternyata flush klosetnya sudah jebol. Aku lapor ke cleaning servicenya dan si mas langsung dengan sigap buka tangki airnya dan membetulkannya. Good service.
Terdapat juga minibar yang menyediakan air mineral, kopi dan teh. Bebas ambil sendiri.
Interior gerbong priority didominasi dengan material kayu, yang kalau menurut aku pribadi kurang cocok. Malah seperti hotel tua. Kesan mewah tidak aku dapatkan, hanya terlihat bersih karena servisnya baik. Alangkah baiknya kalau desainnya dibuat lebih modern seperti kereta-kereta di luar negeri.
Oya, sekedar info, kemarin itu aku dapat kursi nomor 8 yang berarti paling belakang. Tapi lampu di atasnya tidak bisa dimatikan selama perjalanan. Alasannya sebagai penerangan bagi orang yang lalu lalang. Cukup mengganggu juga karena jadi silau. Kemudian TV yang berada paling depan menyala terus sepanjang malam. Kalau aku duduk paling depan pasti akan merasa terganggu karena sinarnya. Jadi kalau mau lebih nyaman sebaiknya pilih duduk di barisan tengah.