Perjalanan ke Cirebon kali ini adalah bersama teman-teman SMAku… yeeaaah. Udah bikin rencana hampir setahun yang lalu, cuma ya begitulah… “gue ga bisa tanggal segini, gue ada acara tanggal segitu.” Hehe.. maklumlah mamak-mamak sibuk. Akhirnya ada 1 temen yang gerah, ditelponlah yang lain satu-satu. “Berangkat tanggal segini bisa ga? Kalau ga bisa ya udah ga ikut.” Eh, ternyata pada bisa semua.. hahaha. Trus pake acara ribut dulu. Aku ngajakin naik mobil aja dari Jakarta, yang lain pada minta naik kereta. Di sana aku bilang nyewa innova aja, kan cuma ber-tujuh, yang lain pada minta naik hi-ace. Katanya badan udah pada lebar-lebar jadi mau naik yang lebar aja…hihi.. ya sudah. Udah gitu urusan booking tiket kereta diserahkan ke aku.. ish padahal aku kan ngajaknya naik mobil.
Singkat cerita, mendaratlah kami ber-tujuh di stasiun Cirebon jam 10 pagi dan langsung menuju Nasi Jamblang Ibu Nur. Aku ga bahas tentang nasi jamblang ini ya, tapi kalau mau lihat penampakannya bisa lihat di IG @my.fourleafclover.
Setelah kenyang, tujuan selanjutnya adalah Goa Sunyaragi. Tidak sulit mencari lokasi Goa Sunyaragi karena letaknya berada di pusat kota Cirebon, tepatnya di Jl. Brigjen AR Dharsono, kelurahan Sunyaragi, Kecamatan Kesambi. HTM-nya juga murah, hanya Rp. 10.000,-/orang. Kalau mau sewa pemandu tarifnya Rp. 50.000,-.
Memasuki bagian dalam kompleks Goa Sunyaragi, kita akan melihat tulisan “GOA SUNYARAGI” yang berwarna-warni. Sudah pasti tempat ini langsung dijadikan spot foto oleh para pengunjung. Kalau sedang berfoto di sini jangan lengah sama sekali, pose tubuh dan tampang harus tetapi cantik karena diam-diam kita juga di foto oleh… ngg, oleh siapa ga tau. Yang pasti, di pintu keluar foto-foto kita sudah terpampang dengan manis dan dijual seharga Rp. 5.000,-/lembar.
Untuk mengelilingi kompleks Goa Sunyaragi ini, kami memutuskan untuk memakai pemandu. Selain untuk mengetahui sejarah dari goa ini, bisa minta tolong juga untuk fotoin kita-kita..hihi. Jadi, pada zaman dahulu, kompleks Goa Sunyaragi yang mempunyai luas 15 hektar ini dikelilingi oleh danau, sehingga goa ini dikenal juga dengan nama Taman Air Sunyaragi. Nama Sunyaragi diambil dari bahasa Sanskerta. “Sunya” berarti sepi, “ragi” berarti raga. Sehingga kata Sunyaragi berarti raga yang sepi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama didirikannya goa tersebut, yaitu sebagai tempat beristirahat dan tempat bersemedi para pembesar keraton Cirebon dan prajuritnya untuk meningkatkan ilmu kanuragan. Oleh karena itu kompleks Goa Sunyaragi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu pesanggrahan untuk tempat beristirahat dan bangunan goa untuk bersemedi. Ada 10 goa di dalam kompleks ini yang selain berfungsi sebagai tempat bersemedi juga sebagai tempat bersantai, tempat pembuatan senjata dan sebagai dapur penyimpanan makanan.
Arsitektur dari kompleks goa ini merupakan hasil perpaduan antara gaya Indonesia klasik atau Hindu, gaya Cina kuno, gaya Timur Tengah atau Islam dan gaya Eropa. Gaya arsitektur Indonesia klasik atau Hindu dapat terlihat dari bangunan yang berbentuk joglo, antara lain Mande Beling dan Bale Kambang. Adanya patung-patung seperti patung gajah, patung Perawan Sunti, dan patung manusia berkepala garuda yang dililit oleh ular serta bentuk dari gapura yang juga menunjukkan pengaruh dari budaya Hindu.
Pengaruh Cina kuno dapat terlihat dari adanya ukiran-ukiran berbentuk bunga matahari, bunga teratai dan bunga persik serta monumen yang digunakan sebagai tempat berdoa seorang Putri Cina yang bernama Ong Tien Nio atau Ratu Rara Sumanding yang merupakan istri dari Sunan Gunung Jati. Menurut pemandu kami, selain ukiran-ukiran tersebut dulu terdapat juga berbagai macam ornamen keramik Cina yang ditempel pada bagian luar goa. Hanya sayang, keramik-keramik tersebut akhirnya rusak dan hilang.
Pengaruh Timur Tengah atau Islam dapat terlihat dari bentuk bangunan Bangsal Jinem yang menyerupai Kabah jika dilihat dari sisi belakang. Terdapat juga tanda-tanda kiblat pada tiap-tiap pasalatan atau musholla dan tempat untuk wudhu.
Sedangkan gaya eropa dapat terlihat pada bentuk jendela yang tedapat pada bangunan Kaputren, bentuk tangga berputar pada gua Arga Jumut dan bentuk gedung Pesanggrahan.
Pusat dari seluruh goa adalah Goa Peteng (gelap) yang merupakan tempat bersemedi para Sultan. Selain sempit, bagian atas dari goa ini rendah sehingga mereka yang melalui goa ini harus berjalan merunduk. Filosofinya adalah manusia harus ingat akan leluhurnya dan tunduk kepada Tuhan YME. Di bagian depan goa Peteng terdapat kolam dan patung “Perawan Sunti”. Konon bila yang memegang patung ini adalah seorang perawan, maka ia akan kesulitan untuk mendapatkan jodoh.
Untuk menambah atraksi dari wisata di Goa Sunyaragi ini, disediakan juga spot foto pada ayunan dan sepeda gantung. Hanya dengan membayar Rp. 10.000,- maka kita bisa berpose pada ayunan atau sepeda gantung yang ada.