Dari Eling Bening, perjalanan selanjutnya adalah menuju Monumen Palagan Ambarawa. Monumen Palagan Ambarawa merupakan salah satu wisata sejarah yang sudah mulai diacuhkan oleh generasi muda sekarang. Kebanyakan mereka hanya mengejar spot-spot foto yang kekinian untuk segera diupload di akun medsos. Tidak mudah memang untuk mengajak anak-anak ke tempat seperti ini. “Apaan yang diliat sih, Ma? Tempat kayak gini doang. Ga ada apa-apanya.” Hhmm..
Monumen Palagan Ambarawa berlokasi di Jl. Mgr. Sugiyopranoto, Ambarawa. HTM untuk masuk ke monumen ini cukup murah. Hanya Rp. 7.500,-/orang. Tempatnya sepi banget. Di hari libur lebaran, dimana tempat wisata lain dipenuhi oleh pengunjung, tempat ini cuma didatangi rombongan kami, pasangan anak muda dan 1 keluarga lainnya.
Begitu memasuki komples monumen, disebelah kiri terdapat Museum Isdiman. Nama museum ini diambil dari nama Letkol Isdiman yang gugur tertembus peluru senapan mesin pesawat Mustang yang ditembakkan oleh tentara Sekutu. Di dalam museum terdapat beberapa set pakaian dan senjata yang digunakan dalam pertempuran Ambarawa, lukisan-lukisan dan maket teknik Supit Urang. Supit Urang adalah nama strategi perang yang digunakan oleh Kolonel Soedirman untuk mengusir Sekutu dari Ambarawa.
Monumen Palagan Ambarawa dibangun pada tahun 1973 dan diresmikan pada 15 Desember 1974 oleh Presiden Soeharto. Monumen ini didirikan untuk mengenang pertempuran yang terjadi di Ambarawa melawan tentara Sekutu. Gambaran singkat sejarah pertempuran bisa dilihat pada relief yang dibuat pada dinding Monumen Palagan Ambarawa.
Koleksi dari Museum Isdiman yang lain adalah Kereta Api dengan lokomotif yang dibuat tahun 1902 buatan Jerman. Pada badan gerbong kereta api terdapat tulisan “Awas Andjing NICA”, “Merdeka ataoe mati!” atau “Hantjoerkan moesoeh kita”.
Di belakang Monumen Palagan Ambarawa terdapat dua buah truk Dodge buatan Amerika tahun 1941 yang pernah digunakan untuk mengangkut pasukan infanteri dalam pertempuran Ambarawa, membawa logistik makanan, amunisi dan perlengkapan militer lainnya.
Adapula Meriam Anti Tank buatan Inggris dengan kaliber 20.
Di sisi paling kanan Monumen Palagan Ambarawa terdapat pesawat Mustang P.51 Cocor Merah buatan Gavaller Aircraft Corporation. Pesawat ini merupakan bagian dari Skwadron 13 Royal Air Force di Kalibanteng, Semarang, yang dilengkapi dengan Browning Kaliber, 8 buah peluncur roket, dan 2 buah bom. Pesawat berawak satu ini memiliki bobot 7.000 kg dengan panjang 9,81 meter. Pesawat jenis ini adalah pesawat yang berhasil ditembak jatuh oleh Tentara Keamanan Rakyat dan tenggelam di Rawa Pening yang sampai sekarang diyakini bangkainya masih ada di dasar Rawa Pening.
Bagi aku dan suami, sangat menyenangkan untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah semacam ini. Tapi bagi anak-anak tidak. Hanya pada awal saja mereka masih antusias naik ke dalam kereta api. Tapi tidak lama kemudian mereka lebih memilih bermain ayunan di taman bermain yang ada di dalam kompleks monumen.