Archives

Kampoeng Kopi Banaran, Bawen

Dari Watu Gunung Desa Lerep kami menuju Kampoeng Kopi Banaran. Kalau ada kata “kopi” si papa langsung antusias deh. Kampoeng Kopi ini berlokasi di Jl. Raya Bawen – Solo Km 1,5 dan dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara IX. Sampai di sini sudah sore, sekitar jam 4 kurang. Buru-buru deh beli tiket masuk. Tiket masuknya murah, hanya Rp. 5.000,-/orang.

Pintu masuk wahana wisata Kampoeng Kopi Banaran

Untuk mengelilingi area Kampoeng Kopi Banaran ini pengunjung bisa memilih untuk naik kereta wisata atau naik golf car. Bedanya apa? Kalau naik kereta wisata pengunjung akan dibawa melewati kebun kopi yang jalannya tanah berbatu-batu. Supir sekaligus guide-nya akan menjelaskan bagaimana cara budidaya kopi. Selain itu pengunjung juga dapat melihat langsung aktivitas pemetik buah kopi dan dibawa ke spot-spot menarik untuk berfoto dengan latar belakang pegunungan dan Danau Rawa Pening. Tarif kereta wisata ini adalah Rp. 75.000,-/kereta dengan maksimal penumpang 6 orang.

Sedangkan bila naik golf car, jalan yang dilewati adalah jalan conblock dan melewati tempat penginapan yang ada di Kampoeng Kopi Banaran ini. Pengunjung tetap bisa melihat pohon-pohon kopi yang ditanam disekitar lokasi. Tarif golf car ini Rp. 50.000,-/mobil.

Berhubung kami sudah kesorean sampai di sana, loket untuk naik kereta wisatanya sudah ditutup karena antrean untuk naik keretanya masih banyak. Yang masih bisa dinaikin yaitu golf car, itupun antreannya juga masih banyak. Ya sudahlah dari pada sudah jauh-jauh ke sini masa ga keliling-keliling.

Sambil nunggu antrean golf car, anak-anak main di Taman Kelinci. Sayang, kelinci-kelincinya seperti kurang terawat. Biasanya kalau ke taman kelinci, kelincinya gemuk-gemuk, chubby-chubby, tapi di sini kelincinya ga terlalu gemuk bahkan ada yang sepertinya terkena penyakit karena bulu-bulu di badannya rontok sehingga terlihat kulitnya.

Taman Kelinci

Selain Taman Kelinci, di Kampoeng Kopi Banaran ini juga terdapat banyak wahana yang disukai anak-anak.

.

Tarif wahana di Kampoeng Kopi Banaran

Anak-anak lagi outbond. Tarif outbond ini Rp. 60.000,-/orang.

 

Setelah nunggu 1 jam lebih, akhirnya tiba giliran kami untuk naik golf car. Pak supirnya baik, masih muda. Kami dijelaskan mengenai Kampoeng Kopi Banaran. Ternyata di sini tidak hanya tedapat tanaman kopi saja, tetapi ada juga buah-buahan dan kakao. Tiba-tiba si mas nanya ke si papa, “Pak mau fotokopi ga?” Lah, ngapain juga lagi di sini ngurusin fotokopi? Eh, ternyata yang dimaksud adalah memotret buah kopi. Haha.. Akhirnya berhentilah kami untuk foto kopi. Sama si mas dipersilahkan juga kalau mau memetik. Yang sudah matang warnanya merah. Tapi hati-hati kalau mau memetik karena semutnya banyak. Ternyata buah kopi yang sudah merah rasanya manis.

Buah kopi

.

Sambil mobil berjalan pelan, kami diperlihatkan bungalow-bungalow yang dapat di sewa untuk tempat menginap dan diberi tahu tarifnya. Cuma aku ga ingat berapaan tarifnya.

Selain itu kami diajak untuk berfoto di tempat dengan latar belakang pegunungan dan Danau Rawa Pening. Biasanya ada fotografernya. Tapi berhubung sudah jam 6 sore lewat, fotografernya udah ga ada dan kami difotoin oleh si mas supirnya. Hasilnya jelek >,< Maklumlah, biasa nyupir malah disuruh motret. Lagipula karena sudah terlalu sore pegunungannya tertutup kabut sehingga latar belakangnya jadi warna putih aja. Ga usah dipasang di sini ya fotonya.

Selesai berkeliling hari mulai gelap. Sebelum pulang, kami makan malam dulu di restaurantnya. Tidak lupa si papa beli kopi bubuknya buat di rumah.

Espresso dan Bandeng Crispy

Watu Gunung Desa Lerep, Ungaran

Dari Pagoda Avalokitesvara, kami melanjutkan perjalanan menuju Watu Gunung Desa Lerep. Kalau lihat di google, tempatnya bagus dan ada kolam renang yang keren juga. Sampai di sana, ternyata penuh banget. Karena sudah terlanjur di sini dan sudah waktunya makan siang, kamipun pasrah saja. Sebelum parkir harus beli tiket masuk dulu. HTMnya Rp. 25.000,-/orang. Ini sepertinya harga pada high season.

HTM Watu Gunung Desa Lerep, Ungaran

Berhubung sudah lapar berat, kami langsung pesan makanan. Cara pesannya langsung ke meja yang ada mbak-mbak duduk ini. Menunya ada ditempel di mejanya. Jadi pesan dulu, bayar, trus baru diantar makanannya. Mungkin karena ramainya, pesanan kami baru keluar 40 menit kemudian. Itupun dengan pesanan yang kacau. Sambil menunggu makanan keluar, aku keliling dulu. Anak-anak diajakin pada ga mau. Udah bete mereka :D

Tempat order makanan di restaurant Watu Gunung

Tempat wisata ini sebenarnya kalau lagi bukan musim liburan akan sangat menyenangkan untuk menghabiskan waktu di sini. Ada restaurant, tempat penginapan, danau buatan dan kolam renang. Belum lagi udaranya yang sejuk banget. Tapi berhubung kami ke sana pada waktu musim liburan, jadi agak-agak kecewa sih. Walau ada larangan untuk membawa makanan dari luar, banyak pengunjung yang bawa makanan sendiri dan gelar tikar di tanah. Jadi kelihatan kotor pemandangannya, banyak sampah-sampah sisa makanan.

.

Kolam renangnyapun sama aja, butek. Padahal waktu liat di google cantik banget. Kolamnya dibuat berundak dan dasar kolamnya diberi tegel dengan warna berbeda. Dan yang paling disayangkan adalah bau rokok di area kolam ini. Jadi sambil berenang atau ngawasin anak-anaknya berenang, banyak sekali yang merokok di sekitar kolam. Ga cuma yang pria aja, yang wanita juga ngerokok… hadeeh.

Iklan vs reality :D
Harus cari waktu low season kalau mau menikmati keindahan kolam ini

Sehabis makan siang, anak-anak minta naik perahu di danau. Di pinggir danau banyak terdapat saung-saung untuk bersantai. Tengok sana sini, kok ga ada ya tukang perahunya atau petunjuk tarif perahunya. Ternyata naik perahu ini gratis. Karena gratis, naik perahunyapun sendiri dan dayung sendiri. Ga ada yang namanya penjaga yang ngawasin di sekitar danau, jadi kalau nyemplung tanggung jawab sendiri.. hahah.

Danau buatan

Setelah puas keliling danau naik perahu, kamipun melanjutkan perjalanan menuju Kampung Kopi Banaran.

 

Pagoda Avalokitesvara Buddhagaya Watugong, Semarang

Hari pertama di Semarang, tujuan kami adalah mengunjungi Pagoda Avalokitesvara Buddhagaya Watugong. Pagoda ini berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan, Watugong, persis di depan Markas Kodam IV Diponegoro. Dari Semarang ambil arah menuju Ungaran atau jalan menuju Solo – Yogya. Kawasan ini dinamakan Watugong karena terdapat batu (watu) yang berbentuk seperti gong. Batu tersebut kemudian dipajang di kompleks vihara ini.

.

Kompleks Vihara Buddhagaya Watugong yang mempunyai luas 2,25 hektar ini mempunyai 2 bangunan utama, yaitu Pagoda Avalokitesvara dan Vihara Dhammasala. Pagoda ini didirikan untuk menghormati Dewi Kwan Sie Im Po Sat yang merupakan perwujudan Buddha Avalokitesvara atau Buddha Welas Asih. Pagoda Avalokitesvara ini mempunyai tinggi 45 meter, berbentuk oktagonal berukuran 15 x 15 meter. Terdiri dari 7 tingkat yang dimaknakan sebagai tingkatan yang harus dicapai oleh seseorang dalam kehidupan di dunia untuk memperoleh kesucian. Di tingkat kedua hingga keenam, ada patung Dewi Kwan Im yang menghadap ke empat penjuru mata angin. Ini dimaksudkan supaya sang dewi dapat memancarkan welas asih ke semua penjuru. Sedangkan di bagian puncak pagoda terdapat patung Amitabha, yaitu guru besar para dewa dan manusia. Di puncak ini juga terdapat stupa untuk menyimpan relik, yaitu mutiara Buddha.

.

.

Di altar utama Pagoda Avalokitesvara terdapat patung Dewi Kwan Im dengan tinggi 5,1 meter. Di depannya terdapat meja persembahan bagi mereka yang akan bersembahyang. Pengunjung dilarang masuk ke ruangan ini, kecuali bagi yang ingin bersembahyang.

.

.

Di halaman pagoda terdapat pohon boddhi yang dibawa bhikku Bante Narada Mahathera dari Srilanka. Pada ranting pohon ini terikat pita-pita berwarna merah yang bertuliskan nama serta harapan sebagai ungkapan doa. Di bawah pohon ini juga terdapat patung Buddha dan patung Dewi Kwan Im.

.

Tidak jauh dari pagoda, terdapat Vihara Dhammasala. Vihara ini merupakan vihara pertama di Indonesia setelah keruntuhan kerajaan Majapahit. Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama adalah aula serbaguna yang mempunyai panggung di bagian depan, sedangkan di lantai kedua terdapat ruang Dhammasala yang digunakan untuk acara ibadah umat Buddha. Vihara ini tidak terbuka untuk umum, hanya yang ingin bersembahyang saja yang boleh masuk.

.

Selain pagoda dan vihara, di kompleks vihara ini terdapat juga bangungan-bangunan lain. Ada bangunan yang digunakan sebagai tempat kegiatan belajar bagi masyarakat setempat dan taman membaca. Bahkan, taman ini terbuka dipakai untuk semua agama, tanpa terkecuali. Ada pula bangungan yang digunakan sebagai penginapan. Tapi penginapan ini ditujukan sebagai penunjang ketika ada acara keagamaan dan mengharuskan orang-orang yang berkepentingan selalu ada di sekitar vihara.

Vihara ini dibuka mulai pukul 07.00 – 21.00 WIB. Tidak ada HTM, pengunjung hanya membayar parkir serelanya. Karena tempat ini merupakan tempat yang disucikan oleh umat Buddha, maka selayaknyalah bila pengunjung berpakaian sopan dan menjaga tata krama pada saat berkunjung ke sini.