Archives

De Mata Trick Eye Museum, Yogyakarta

De Mata Trick Eye Museum terletak di XT Square. Kalau dari Neo+ Awana tinggal lurus aja jalannya kira-kira 2,5km. Tadinya mau naik becak ke sana, eh tapi si abang mintanya 50rb, ga jadi deh akhirnya naik mobil sendiri.

De Mata ini merupakan tempat dimana pengunjung bisa berfoto dengan latar belakang lukisan yang menampilkan ilusi optik 3 Dimensi. Selain berfoto dengan latar belakang lukisan, pengunjung bisa berfoto juga dengan patung-patung orang terkenal yang terdapat di gedung De Arca. Jadi, di area De Mata Trick Art Museum ini, ada 3 wahana yaitu De Mata 1, De Mata 2 dan De Arca. Rencananya akan ditambah juga wahana yang serupa dengan Upside Down World, tapi ga tau kapan.

Untuk HTMnya, kami ambil yang tiket terusan, yaitu De Mata 1, De Mata 2 dan De Arca sebesar Rp. 90.000,-/orang. (Untuk harga updatenya bisa liat sendiri di www.dematamuseum.com). Dapet suvenir juga berupa 2 buah gantungan kunci dan kalender. Yang kalendernya ilang, dibawa-bawa sama si papa trus ga tau ketinggalan dimana -.-‘

Dapet gantungan kunci gratis :)

 

Berikut sebagian kecil foto-foto yang kami ambil :

De Mata

De Arca

Sedikit tips, kalau mau ke De Mata Trick Eye Museum jangan pas musim liburan. Biar maksimal dapat foto-fotonya ^.^b

Neo+ Awana, Yogyakarta

Di Yogya kami menginap di Hotel Neo+ Awana, di Jl. Mayjend Sutoyo. Pertimbangan menginap di sini supaya dekat dengan museum De Mata. Sampai di hotel sudah sore dan anak-anak langsung minta berenang. Sempat kecewa dengan kolam renangnya karena selain kecil, kolam dalam dan kolam ceteknya terpisah. Alhasil si Edward bete main sendiri di kolam cetek. Jam 6 sorepun pengunjung sudah disuruh keluar karena kolam renangnya akan tutup.

Kolam renang

 

Untuk kamarnya, kami pilih yang superior. Di dalam kamarnya ada meja kerja (si papa langsung bete liat meja ini, inget kerja…hihi). Kamarnya dan kamar mandinya bersih.

Dinning room bersebelah dengan kolam renang. Ruangannya cukup luas, bisa makan di luar juga sambil menikmati pemandangan kolam renang.

Untuk yang menginap tanpa breakfast, jangan takut. Di sebelah kanan hotel ada Gudeg Yu Djum yang buka dari jam 6.30 pagi. Kalau mau gudeg yang dijual mbak-mbak di pinggir jalan juga ada. Malam hari juga banyak makanan di sekitar hotel. Jalan kira-kira 500m sudah sampai Alun-alun Kidul. Di sana bisa naik kendaraan yang berhiaskan lampu-lampu. Jangan bawa kendaraan kalau ke sini, macet, karena harus antri bareng kendaraan hias yang dijalankan dengan dikayuh.

Oya, hotel ini punya ikon yang menurut mereka merupakan daya tarik hotel tersebut, yaitu staff front office yang memakai wig warna putih. Tapi terus terang buat aku sebel liatnya, hihi.. Lha, wong ga pantes sama tampangnya >,<.

Kalibiru, Kulon Progo

Dari Goa Maria Sendangsono, kami melanjutkan perjalanan menuju Kalibiru. Wisata alam Kalibiru adalah tempat wisata yang belakangan ini lagi hits karena spot-spot fotonya dengan latar belakang Waduk Sermo yang dikelilingi oleh Perbukitan Menoreh. Mumpung udah sampai di Kulon Progo, nyesel ntar ga tau yang namanya Kalibiru. Penasaran juga kalau liat fotonya orang-orang yang bersliweran di facebook. Deg-degan ga ya pas diambil fotonya, seperti waktu kami foto di Batu Pandang Ratapan Angin, Dieng.

Dalam perjalanan menuju wisata alam Kalibiru, kami sempat diberhentikan dulu di pinggir jalan dan ditanyakan apakah sudah pernah mengunjungi Kalibiru. Bagi yang belum, nanti ditawarkan untuk naik jeep menuju ke sana dengan alasan jalannya menanjak, sempit, bla bla bla, dsb. Awalnya kami jadi ciut juga. Waduh, apakah perjalanan horor Dieng lewat Batang akan terulang kembali? hahah. Eh, tapi jadi penasaran juga sih. Ke Dieng aja mobilnya sanggup, masak ini engga. Apalagi setelah mengetahui tarif jeepnya yaitu Rp. 350.000,-, kami mantapkan untuk meneruskan perjalanan naik mobil sendiri.

Ternyata jalan menuju Kalibiru agak seram-seram juga. Jalannya sempit, pas banget untuk 2 mobil dan ada tanjakan-tanjakan curamnya. Di beberapa ruas jalan ada pemuda-pemuda yang mengatur agar kendaraan berhenti dulu sejenak untuk memberi jalan kendaraan dari arah yang berlawanan lewat. Nah, masih mending ini ada yang ngatur. Waktu perjalanan ke Dieng, ketemu orang aja engga. Buat yang udah syok dengan medan jalannya, jangan takut. Nanti ada yang nawarin lagi untuk melanjutkan perjalanan naik motor. Yang untuk naik motor ini tarifnya aku ga nanya.

Jalannya sempit dan banyak tanjakan curam. Harus sabar gantian dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan

 

Yang pemuda mengatur jalan,sementara ibu-ibunya yang mebuat jalan -.-‘

 

Puji Tuhan, akhirnya sampai juga di Kalibiru. Tempat parkirnya lumayan banyak. Yang aku lihat ada 5 tempat yang dijadikan area parkir.

Tempat parkir

Lega juga akhirnya bisa sampai ke sini. Eh tapi tunggu dulu, ternyata ini baru awal dari penderitaan yang sesungguhnya. Dari tempat parkir menuju loket masuk jalannya sangat menanjak. Harus jalan kaki, kendaraan udah ga boleh lewat. Itu baru sampai loket, belum sampai ke spot fotonya. Kalau bawa orang tua, apalagi yang menderita artritis, mendingan jangan deh. Nunggu di mobil aja.

Istirahat sejenak :D

 

Sampai di loket, kami dikenakan HTM sebesar Rp. 5.000,-/orang. Daaann… spot fotonya udah penuh. Nice! Padahal baru jam 3 sore. Katanya yang antri udah banyak. Jadi yang mau foto-foto di spot-spotnya Kalibiru udah ga bisa. Haiikks… udah jauh-jauh ke sini. Sebel banget! Akhirnya kami cuma liat-liat bentar sambil foto-foto sendiri dan balik ke mobil untuk melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta.

Tarif Spot Foto

 

Waduk Sermo yang dikelilingi Pegunungan Menoreh

 

Ternyata ga serem-serem amat ambil fotonya :D