Berangkat dari Cirebon sekitar jam 10-an. Rencananya mau mampir ke Guci dulu sebelum ke Dieng. Tapi pas liat Google Maps perjalanan dari Guci ke Dieng jalanannya keriting. Dengan jarak sekitar 135km perlu waktu tempuh 4,5 jam, yang berarti kecepatan mobil cuma bisa 30km/jam. Wah, ga jadi deh. Ini pasti medannya berat. Kasian si yaris. Akhirnya dari Cirebon kami melanjutkan perjalanan menuju Dieng lewat Pekalongan. Nyobain tol baru lagi yang masih gratis, Tol Mertapada, keluar di Brebes Timur.
Memasuki kota Tegal kena macet sekitar 1 jam karena ada perbaikan jalan. Sudah waktunya makan siang juga, anak-anak pada minta makan. Diajak makan warteg pada ga mau, di Jakarta banyak katanya. Hihi. Nyari rumah makan agak susah juga. Mungkin karena sedang bulan puasa, dan liatnya sambil jalan jadi ragu-ragu tempat makannya buka apa tutup, kok sepi. Giliran tempat makan yang keliatan buka, tempat parkirnya isinya bus sama truk semua. Akhirnya memasuki kabupaten Pemalang ada tempat makan yang muncul di GPS. Biasanya kalau ada di GPS berarti tempat makan tersebut direkomendasikan orang-orang. Dan mampirlah kami di RM Mantep Roso. Rumah makannya dari depan tidak terlihat besar, namun tempat parkirnya luas. Masuk ke dalam ternyata tempatnya luas, di bagian belakang terdapat tempat untuk lesehan dengan pemandangan sawah. Toiletnya pun banyak dan bersih.
Kami nyobain yang namanya Grombyang dan Sop Tulang Muda. Grombyang adalah makanan khas Pemalang yang berupa nasi dicampur kuah. Kuahnya banyak sehingga kelihatan grombyang-grombyang (bergoyang-goyang). Tapi kami pesan nasi dan kuahnya dipisah, biar tambah banyak. Maklum lagi kelaparan. Haha. Kuahnya perpaduan soto dan rawon karena dipakein kluwek dan diberi taburan parutan kelapa yang digoreng. Isinya daging sama babat yang empuk. Rasane muantep tenan.
Setelah kenyang makan, perjalananpun dilanjutkan. Kena macet lagi di Pekalongan hampir sejam juga. Masuk kabupaten Batang perjalanan mulai meragukan. Ada rambu jalan yang menunjukkan arah ke Dieng sesuai dengan yang ditunjukkan oleh GPS. Ya sudah diikuti saja. Tapi makin lama jalannya makin aneh. Jalanannya aspal tapi tidak mulus. Awalnya di kanan kiri jalan masih ada rumah-rumah penduduk. Lama-kelamaan di kanan kiri jalan cuma ada pohon-pohon tinggi. Yup, kami di tengah hutan. Ga ada kendaraan yang lewat. Boro-boro kendaraan, orang aja ga keliatan. Cuaca mulai mendung. Hujan juga mulai turun rintik-rintik. Aku langsung berdoa, “Tuhan jangan hujan dulu.” And God is good. Hujannya ga jadi. Anak-anak yang biasanya tidur kalau di mobil, sekarang siaga penuh ngeliatin jalan. Edward lebay-nya langsung keluar. “Oh God.. It’s so scary.. Mom, I don’t wanna die here..” #hadooh
Dan tiba-tiba jalanannya jadi jalanan beton. Kami sudah senang aja, paling engga jalannya mulus walaupun tidak terlalu lebar. Bila sisipan dengan kendaraan lain, masing-masing harus mengurangi kecepatan. Tapi jalan mulusnya ga lama. Bahkan ada beberapa ruas jalan yang hancur. Motor mulai ada yang lewat, tapi ga banyak. Bisa dihitung pake jari. Mobil cuma ketemu dari arah berlawanan. Itupun mobil pengangkut sayur. Mobil pribadi kayanya cuma ketemu 3 biji sepanjang perjalanan. Mungkin itu orang yang ga tau jalan juga. Haha.
Niatnya mau menghindari rute Guci – Dieng yang keliatannya jalannya berliku-liku, ternyata malah terdampar di sini yang malah mungkin lebih parah. Jalanan benar-benar hancur di beberapa ruas jalan dengan posisi menanjak. Ban mobil beberapa kali selip. Ga sempat deh menikmati pemandangan sekitar yang sekarang bukan lagi hutan melainkan hamparan sawah dan ladang sayur mayur. Cuaca meskipun tidak turun hujan tetapi terlihat mendung, belum lagi hari sudah sore ditambah adanya kabut tipis. Aku cuma sempat ambil foto sedikit karena mobilnya juga jalannya goyang-goyang. Si papa juga jadi super diam, konsentrasi liatin jalan terus. Kira-kira ada sekitar 2 jam perjalanan yang mencekam sampai akhirnya ketemu jalan kabupaten lagi, jalan utama Banjarnegara – Batur – Dieng.
Sampai di penginapan kurang lebih jam 6 sore. Dapat rekomendasi dari sepupuku untuk nginep di homestay Nusa Indah. Sampai di sana, liat kamarnya, langsung kami ambil. Udah ga semangat cari-cari penginapan lagi. Lelah jiwa raga. Di sekitar penginapan juga ga ada tukang makanan. Semuanya tutup, jalanan juga sepi. Untung aku punya bekal empal gentong dan nasi jamblang. Puji Tuhan empal gentongnya ga basi. Hehe. Keluarin kompor dan makanan dipanaskan, kamipun makan di kamar.
Penginapannya cukup bersih, ada kamar mandi di dalam dan ada air panasnya juga. Airnya dingin kaya es. Suhu udaranya 11°C. Tempat tidurnya 1, queen bed. Kami berempat untel-untelan tidurnya, pakai jaket plus selimut. Mau ambil extrabed lagi males, karena nanti tidurnya malah di bawah. Marsha bilang, “Ma besok pindah cari hotel dong.” Hahaha… bukannya mama ga mau, nak. Di Dieng ga ada hotel. Semuanya homestay.
Homestay Nusa Indah ini terdiri dari Nusa Indah 1 dan Nusa Indah 2. Kami menginap di Nusa Indah 1. Untuk info lebih lengkapnya bisa lihat di www.nusaindahdieng.com.
Malam itu aku ngobrol sama si papa. Kami berdua shock berat sama perjalanan tadi, ngerusak mood banget. Rencananya mau nginap 2 malam di Dieng, akhirnya kami putuskan hanya semalam saja. Di Dieng ada beberapa wisata telaga, beberapa wisata kawah dan beberapa wisata candi. Kami putuskan untuk mengunjungi salah satu dari masing-masing kategori.
Halo mba, salam kenal. Cerita jalan-jalan nya sama keluarga seru dan asik banget. Sering road trip ya. Anakku baru 2.5tahun jadi baru mulai nyobain road trip nih hehe. Minggu depan rencana ke dieng, sebaiknya booking penginapan dari sekarang atau nyari on the spot aja yah? Planning nya juga 2 malam, takutnya nanti pas nyampe sana berubah pikiran juga jadi 1 malam hehe
Hi mbak, salam kenal juga :)
Menginapnya 2 malam aja mbak, biar puas. Anaknya toh masih 2.5th, belum bisa protes..hehe..
Kalau penginapan kurang tahu juga ya, takutnya udah mau libur akhir tahun jadi penuh. Tapi kalau on the spot enaknya bisa liat2 kamarnya, sesuai selera apa engga.
Kalau mau lihat sunrise bagusnya sih nginep di Sikunir. Ada homestay namanya Cahaya Homestay yg view kamarnya menghadap telaga. Bagus banget, coba deh googling. Cuma kalau yg ini kayanya harus booking, biar dapat kamarnya.
Have a safe n fun trip :)
Pingback: Kalibiru, Kulon Progo | My Fourleafclover